Tahukah Anda bahwa kita bisa berkontribusi untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan dengan cara mudah, yakni meningkatkan asupan
sayur dan buah dalam menu harian kita.
Mengonsumsi lima porsi
buah dan sayur setiap hari bisa mencegah 15.000 kematian dini, termasuk
7.000 kasus penyakit jantung koroner, 15.000 akibat kanker dan lebih
dari 3.000 akibat stroke.
Meningkatkan asupan serat juga akan
menyelamatkan 4.000 jiwa, demikian menurut para ahli dari Oxford
University. Angka kematian juga bisa dicegah dengan mengurangi konsumsi
garam dan asupan lemak. Paling tidak 33.000 nyawa bisa diselamatkan jika
jumlah orang yang makan serat secara nasional meningkat.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Epidemiology and Community
Health itu menganalisa kematian akibat stroke, kanker dan penyakit
jantung koroner, dengan menghitung asupan makanan dan nutrisi.
Penelitian juga dilakukan untuk melihat pengaruh pola makan pada angka
kesakitan dan kematian dini antara tahun 2005 hingga 2007.
Lebih
dari 2.000 penduduk Manhattan yang berumur 65 tahun dan lebih dari usia
itu telah memberikan satu lagi bukti bagi peneliti akan pentingnya
mengonsumsi sayur-sayuran.
Menurut laporan Archives of Neurology,
masyarakat yang diet dengan mengonsumsi sayuran, daging unggas, ikan,
kacang-kacangan dan mentega memiliki risiko 38% lebih rendah dari
penyakit Alzheimer daripada mereka yang memiliki pola makan sebaliknya.
Nikolaos
Scarmeas, rekanan profesor di Pusat Kesehatan Universitas Kolombia dan
penulis laporan ini, mengatakan jenis makanan di atas dapat melindungi
pembuluh darah di otak serta mencegah stroke ringan yang dapat
menyebabkan Alzheimer.
Alzheimer, yang belum ada obatnya, dapat
menyebabkan hilangnya ingatan dan dapat berkembang menjadi penurunan
fungsi kognitif yang membahayakan. Menurut Alzheimer's Disease
International, sekitar 30 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit
ini.
"Kita tahu jenis makanan ini cukup membantu dalam
penanganan beberapa penyakit lain dan sekarang ada masukan baru yang
dapat menolong penanganan penyakit yang berhubungan dengan otak. Sangat
masuk akal untuk mengikuti diet ini," ujar Scarmeas dalam wawancara
telepon.
Penelitian ini dilakukan dengan lebih banyak meneliti
kebiasaan makan peserta daripada pola makanan yang dianjurkan oleh resep
dokter. Jadi peneliti tidak dapat memberikan rekomendasi hanya
berdasarkan penelitian ini.
Peneliti mengamati peserta selama 4
tahun, memeriksa mereka setiap 1,5 tahun untuk mencatat pola makan dan
kondisi neurologis mereka. Tidak ada peserta yang mengalami gangguan
kognitif ketika pengamatan ini dilakukan.
Pola makan dengan
risiko rendah terjangkit Alzheimer juga meliputi konsumsi atas salad
yang diolah dengan minyak zaitun dan cuka, tomat, beberapa jenis
tumbuh-tumbuhan silangan. (fn/km/cbn) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar