Oleh: Imam Nur Suharno
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
(QS AlA'raf [7]: 31).
Makna `janganlah berlebih-lebihan' dalam ayat di atas sebagaimana
dijelaskan dalam Alqur'an dan terjemahannya adalah janganlah melampaui
batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas
makanan yang dihalalkan. Terkait hal itu, Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak ada sesuatu yang lebih buruk untuk dipenuhi oleh seseorang
selain perutnya, padahal cukup beberapa suapan untuk menegakkan
punggungnya.
Bila terpaksa ia lakukan, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas."
(HR Ahmad, Nasa'i, Tirmidzi, dan beberapa perawi lainnya).
Makan secara berlebihan dapat menyebabkan kelambanan dan kelebihan
beban pada pencernaan serta fermentasi makanan dalam perut. Hal ini
terkadang bisa mengakibatkan luka dan peradangan pada perut,
kerongkongan, dan usus dua belas jari.
Hilmy al-Khuly dalam bukunya Mukjizat Kesembuhan Dalam Gerakan
Shalat, menyebutkan, bila perut dipenuhi oleh makanan, kemudian timbul
proses fermentasi di dalamnya, maka dapat menimbulkan berbagai efek
negatif, yaitu in'ikas ashabiy (reflek gerak pemantulan dan pembalikan
saraf) terhadap kondisi jantung; idhthirab al-qalb (denyut jantung
berdebar-debar) yang tekanannya bisa menurun dan bisa pula meninggi; dan
terjadinya kejang jantung. Karena itu, Rasulullah SAW memberikan
tuntunan dalam menyantap makanan sebagai upaya mengendalikan syahwat
makan. Pertama, qul bismillaahi, ucapkanlah bismillah ketika hendak
makan. Kedua, kul biyamiinika, makanlah dengan tangan kananmu. Dan
ketiga, kul mimmaa yaliika, makanlah yang terdekat denganmu. (HR
Muslim).
Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda, "Kami adalah kaum
yang tidak akan makan sampai kami merasa lapar. Jika kami makan, maka
kami makan tidak sampai kenyang. (Rasulullah juga bersabda)
Tinggalkanlah makanan (justru) ketika engkau sangat menginginkannya."
Dengan demikian, melalui pengendalian syahwat makan ini, kita akan
terhindar dari berbagai macam penyakit yang mengancam kehidupan. Sebab,
perut adalah sarangnya penyakit, sebagaimana dikatakan Harits bin
Kaldah, seorang tabib bangsa Arab, "Diet (mengatur pola makan) adalah
pokok segala pengobatan, sedangkan perut adalah sarang penyakit. Oleh
karena itu, kembalikanlah tubuh pada kebutuhan proporsionalnya."
Wallahu a'lam. (fn/Rk)suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar