AMERIKA (Berita SuaraMedia) - Di Amerika, 1 dari 5 kematian disebabkan
oleh kanker. Berdasarkan data dari American Cancer Society, kematian
akibat kanker pada wanita didominasi oleh kanker payudara sebanyak 19
persen, kanker paru 16 persen, serta kanker kolon dan rektum 15 persen.
Ali Khomsan
Sementara itu, pada pria kanker yang dominan sebagai
penyebab kematian adalah kanker paru (34 persen), kanker kolon dan
rektum (12 persen), dan prostat (10 persen).
Diet kaya lemak pada
studi epidemiologis menunjukkan adanya kaitan erat dengan munculnya
kanker usus ataupun kanker payudara. Kandungan lemak yang rendah dan
konsumsi serat yang tinggi seperti pada pola makan vegetarian diketahui
menyebabkan rendahnya insiden kanker.
Hormon tertentu mungkin
ikut bertanggung jawab pada munculnya tumor. Hormon ini pengeluarannya
dipicu oleh konsumsi lemak yang tinggi. Sebagai contoh hormon prolactin
(serum) yang merangsang pertumbuhan tumor ternyata semakin meningkat
apabila diet kita kaya akan lemak.
Makanan mengandung zat zat penyebab (promoters) dan pencegah
(inhibitors) kanker sekaligus. Sejauh mana tercapai keseimbangan antara
dua komponen tersebut akan sangat menentukan apakah kita akan berisiko
terkena kanker atau tidak.
Alkohol mungkin berperan sebagai
penyebab kanker melalui berbagai jalur. Pertama, alkohol secara langsung
dapat merupakan racun bagi sel tubuh. Kedua, alkohol dapat menjadi
wahana untuk ditumpangi kokarsinogen. Ketiga, alkohol menyebabkan
gangguan sistem kekebalan tubuh. Alkohol sebagai penyebab langsung
munculnya kanker masih diragukan bukti ilmiahnya. Namun, tampaknya tak
diragukan lagi bahwa alkohol dapat menjadi promoter terjadinya
tumorigenesis.
Penyebab langsung kanker tampaknya tetap sulit
untuk dideteksi. Hal ini mengingat kemunculan kanker yang memerlukan
waktu relatif lama setelah pola makan tertentu diterapkan. Namun, dengan
adanya bukti-bukti epidemiologis yang mengaitkan kebiasaan makan (food
habits) suatu kelompok masyarakat dengan insiden kanker, dapat ditarik
pelajaran tentang perlunya memperhatikan asupan gizi yang berasal dari
pangan alami, dan dikonsumsi secukupnya sesuai kebutuhan tubuh.
Semua
kubis-kubisan tergolong dalam kelompok crucifera, kelompok ini dikenal
karena kandungan sulforaphane dan indoles-nya yang berkhasiat sebagai
antikanker. Riset tentang indoles membuktikan kemampuannya mendeaktivasi
metabolit estrogen yang menyebabkan tumor, terutama pada sel-sel
payudara. Pada saat yang sama indoles meningkatkan senyawa tertentu yang
bersifat protektif terhadap kanker.
Selain menekan pertumbuhan
sel tumor, indoles juga dapat mengurangi proses metastasis sel kanker.
Metastasis adalah pergerakan sel-sel kanker ke bagian tubuh yang lain
sehingga terjadi penyebaran sel tumor.
Sementara itu,
sulforaphane berperan meningkatkan peran enzim yang bertanggung jawab
dalam detoksifikasi. Dengan semakin optimalnya detoksifikasi, substansi
karsinogenik penyebab kanker bisa lebih cepat disingkirkan. Selain itu,
studi tentang sulforaphane dan efeknya terhadap tumor pada tikus
menunjukkan bahwa sulforaphane menyebabkan tumor berkembang lebih lambat
dan beratnya lebih kecil. Sulforaphane dapat menyebabkan apoptosis
(bunuh diri sel kanker) pada sel-sel leukemia dan melanoma.
Banyak
orang telah tahu manfaat mengonsumsi pangan nabati, seperti sayuran dan
buah yang kaya phytonutrients (gizi nabati). Phytonutrients mampu
mencegah kanker karena berfungsi sebagai antioksidan—sehingga dapat
mencegah berbagai kerusakan sel tubuh akibat serangan radikal bebas.
Suatu
studi di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, AS, yang
melibatkan sampel manusia lebih dari 1.000 orang mengungkapkan, mereka
yang rajin makan sayuran dapat mengurangi risiko kanker kolon sebesar 35
persen, sedangkan yang mengonsumsi kubis-kubisan dapat menekan risiko
kanker 44 persen. Sementara studi di Belanda dengan sampel lebih dari
100.000 orang hasilnya relatif sama, yaitu konsumsi sayuran bisa
mengurangi risiko kanker kolon 25 persen, kubis-kubisan bisa mengurangi
risiko sampai 49 persen. Hal ini menegaskan bahwa peran kubis-kubisan
sebagai sayuran antikanker dapat diandalkan.
Kubis-kubisan dapat
mengurangi risiko kanker paru sampai 30 persen pada kelompok bukan
perokok. Pada kelompok perokok, lebih baik lagi, yaitu menekan risiko
kanker paru sampai 69 persen. Jadi, ini dapat menjadi kabar baik bagi
perokok, kalau memang tidak bisa berhenti merokok jangan lupa selalu
mengonsumsi kubis-kubisan sebagai sayur teman nasi.
Sampai saat
ini belum diketahui obat kanker dan penyebabnya pun cukup beragam.
Sering kali deteksi kanker amat terlambat sehingga pertolongan menjadi
semakin sulit. Oleh karena itu, upaya preventif harus lebih diutamakan
untuk mengatasi kanker. Di sinilah gizi memainkan peranan penting untuk
menawarkan proses pencegahan sehingga penyakit yang mematikan itu dapat
dihindari.
Mengonsumsi kubis-kubisan mungkin tidak menjadi
garansi bahwa Anda akan terbebas dari penyakit kanker. Namun, paling
tidak risiko untuk terserang penyakit tersebut menjadi lebih kecil
karena unsur nutrisi dan substansi lainnya di dalam kubis-kubisan telah
terbukti berkhasiat bagi kesehatan.
Membiasakan diri mengonsumsi
kubis-kubisan 3-5 serving seminggu adalah sangat dianjurkan. Satu
serving setara dengan 1 cup. Memilih kubis-kubisan yang ditanam secara
organik jelas akan membawa manfaat lebih besar karena sayuran organik
mengandung phytonutrients lebih tinggi. Di Indonesia, sayuran organik
kini dapat dijumpai di swalayan-swalayan tertentu. Hanya saja harganya
masih relatif lebih mahal dan ketersediaannya belum begitu luas. (ad/km)
suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar